Tanggal 4 Februari 2011. Saya baru mendapat sebuah paket dari Royal Institution of Naval Architect
(RINA) berupa majalah The Naval
Architect dan Warship
Technology.Entah mengapa saya memutuskan untuk membaca majalah Warship
Technologyterlebih dahulu. Di dalam majalah tersebut membahas tentang kapal
induk (aircraft carrier) dan
kapal perang bertenaga nuklir (tidak hanya senjata, tenaga penggeraknya juga
mengandalkan nuklir). Pikiran saya kembali terusik, kapan ya Indonesia
dapat memproduksi sebuah kapal perang yang begitu canggih dengan karya dari
putra-putri negeri sendiri ?
KRI Diponegoro 365 (sumber : maritimephoto.com)
Indonesia adalah negara penganut prinsip-prinsip kepulauan (archipelagic
state).Sehingga pertahanan laut harus kuat karena laut adalah potensi kekayaan
Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut sangat bertanggung
jawab atas keutuhan dan kedaulatan dari wilayah laut Indonesia. Atas dasar
inilah TNI-AL memiliki semboyan Jalesveva Jayamahe yang artinya Di
Laut Kita Jaya. Tetapi, dengan luasnya wilayah laut Indonesia, mampukah TNI
khususnya Angkatan Laut dengan anggaran yang terbatas menjaga kedaulatan
wilayah laut Indonesia ?
Dalam 2 tahun (antara 2007-2009). TNI-AL telah menerima 4 korvet (Kapal
Perang Cepat) kelas Sigma yang dipesan antara tahun 2005-2006. Yaitu KRI
Diponegoro 365, KRI Hasanuddin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367, dan yang
paling baru KRI Frans Kaisiepo 368. Kapal perang ini dibuat oleh Schelde Naval
Shipbuilding yang bermarkas di Belanda. Dengan bermodalkan 4 kapal perang baru
dan puluhan kapal perang yang tersebar di Armada Kawasan Timur (Armatim) dan
Armada Kawasan Barat (Armabar), TNI-AL siap untuk melindungi kedaulatan wilayah
perairan Indonesia.
Tetapi, saya disini tidak membicarakan kesiapan TNI-AL ataupun
kapal-kapal baru mereka. Saya disini ingin membicarakan tentang makna
sesungguhnya dari Jalesveva Jayamahe. Kita mengetahui dari sejarah
bahwa Kerajaan Majapahit yang dapat menyatukan nusantara hingga menguasai
Filipina bermodalkan angkatan laut yang kuat. Begitu juga kerajaan Sriwijaya yang
memiliki angkatan laut yang sangat kuat sehingga mampu memperluas wilayah
kekuasaan. Mengapa bisa demikian ? Sebab,Jalesveva Jayamahe sangat
dipegang teguh oleh setiap pasukan dan jenderal-jenderalnya. Inggris pun
terkenal dengan semboyannya Britain Rules The Sea dan mampu dipegang
teguh oleh pasukan bahkan rakyatnya. Sehingga Inggris (waktu itu) benar-benar
menguasai laut dan membuat frustasi beberapa tokoh termasuk Napoleone Bonaparte
yang armada lautnya dikalahkan oleh Inggris dibawah Laksamana Muda Horatio
Nelson (Lord Nelson) di teluk Abukir.
Kini, Jalesveva Jayamahe yang sepatutnya tidak perlu
dipertanyakan bahkan oleh rakyat sendiri. Sekarang banyak yang mempertanyakan
semboyan tersebut. Apa iya “Di Laut Kita Jaya” ?. Pertanyaan tersebut
muncul karena masyarakat tidak merasakan betul makna Jalesveva Jayamahe yang
sesungguhnya. Salah satu penyebab dari ketidak-pekaan masyarakat adalah
berubahnya paradigma masyarakat Indonesia yang semula berpola pikir
archipelagic menjadi berpola pikir daratan. Walaupun memakan waktu yang lama
tetapi dampaknya sangat terasa. Sehingga TNI-AL yang sudah menanamkan semboyan Jalesveva
Jayamahe menjadi pupus harapan karena tidak didukung oleh segenap
masyarakat Indonesia.
KRI Frans Kaisiepo 368 (Sumber : maritimephoto.com)
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali Jalesveva
Jayamahe ? Sekali lagi, teori memang begitu mudah tetapi sangat sulit
untuk dilakukan. Tetapi, saya yakin bahwa jika teori diaplikasikan secara
istoqamah (terus-menerus dan dalam progress yang positif) maka teori dan
praktik akan bersinergi dengan baik.
Yang harus dilakukan pertama kali adalah mengembalikan paradigma
masyarakat Indonesia menjadi paradigma kepulauan. Yang menganggap laut adalah
potensi kekayaan alam yang begitu kaya. Kemudian, pemerintah hendaknya
memberikan anggaran pertahanan yang mumpuni sehingga TNI sanggup membeli dan
mengoperasikan alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) dengan optimal. Disamping
itu, pemerintah juga memberikan perhatian yang layak bagi putra-putri bangsa
yang sedang menempuh pendidikan di bidang Naval Architect atau Teknik
Perkapalan,Marine Engineering, dan Ocean Engineering atau Teknik
Kelautan. Sehingga, apa yang menjadi cita-cita saya dan orang-orang yang peduli
pada visi kemaritiman dan paradigma kepulauan dapat tercapai.
Kapan
ya Indonesia dapat memproduksi sebuah kapal perang yang begitu canggih dengan
karya dari putra-putri negeri sendiri ? Suatu saat nanti, saya yakin
Indonesia mampu ! Jalesveva Jayamahe !
No comments:
Post a Comment