Thursday, June 27, 2013

Jalesveva Jayamahe!

HL | 15 February 2011 http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=606726546720629260#editor/src=sidebar |

Tanggal 4 Februari 2011. Saya baru mendapat sebuah paket dari Royal Institution of Naval Architect (RINA) berupa majalah The Naval Architect dan Warship Technology.Entah mengapa saya memutuskan untuk membaca majalah Warship Technologyterlebih dahulu. Di dalam majalah tersebut membahas tentang kapal induk (aircraft carrier) dan kapal perang bertenaga nuklir (tidak hanya senjata, tenaga penggeraknya juga mengandalkan nuklir). Pikiran saya kembali terusik, kapan ya Indonesia dapat memproduksi sebuah kapal perang yang begitu canggih dengan karya dari putra-putri negeri sendiri ?

KRI Diponegoro 365 (sumber : maritimephoto.com)

Indonesia adalah negara penganut prinsip-prinsip kepulauan (archipelagic state).Sehingga pertahanan laut harus kuat karena laut adalah potensi kekayaan Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut sangat bertanggung jawab atas keutuhan dan kedaulatan dari wilayah laut Indonesia. Atas dasar inilah TNI-AL memiliki semboyan Jalesveva Jayamahe yang artinya Di Laut Kita Jaya. Tetapi, dengan luasnya wilayah laut Indonesia, mampukah TNI khususnya Angkatan Laut dengan anggaran yang terbatas menjaga kedaulatan wilayah laut Indonesia ?
Dalam 2 tahun (antara 2007-2009). TNI-AL telah menerima 4 korvet (Kapal Perang Cepat) kelas Sigma yang dipesan antara tahun 2005-2006. Yaitu KRI Diponegoro 365, KRI Hasanuddin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367, dan yang paling baru KRI Frans Kaisiepo 368. Kapal perang ini dibuat oleh Schelde Naval Shipbuilding yang bermarkas di Belanda. Dengan bermodalkan 4 kapal perang baru dan puluhan kapal perang yang tersebar di Armada Kawasan Timur (Armatim) dan Armada Kawasan Barat (Armabar), TNI-AL siap untuk melindungi kedaulatan wilayah perairan Indonesia.


Tetapi, saya disini tidak membicarakan kesiapan TNI-AL ataupun kapal-kapal baru mereka. Saya disini ingin membicarakan tentang makna sesungguhnya dari Jalesveva Jayamahe. Kita mengetahui dari sejarah bahwa Kerajaan Majapahit yang dapat menyatukan nusantara hingga menguasai Filipina bermodalkan angkatan laut yang kuat. Begitu juga kerajaan Sriwijaya yang memiliki angkatan laut yang sangat kuat sehingga mampu memperluas wilayah kekuasaan. Mengapa bisa demikian ? Sebab,Jalesveva Jayamahe sangat dipegang teguh oleh setiap pasukan dan jenderal-jenderalnya. Inggris pun terkenal dengan semboyannya Britain Rules The Sea dan mampu dipegang teguh oleh pasukan bahkan rakyatnya. Sehingga Inggris (waktu itu) benar-benar menguasai laut dan membuat frustasi beberapa tokoh termasuk Napoleone Bonaparte yang armada lautnya dikalahkan oleh Inggris dibawah Laksamana Muda Horatio Nelson (Lord Nelson) di teluk Abukir.

Kini, Jalesveva Jayamahe yang sepatutnya tidak perlu dipertanyakan bahkan oleh rakyat sendiri. Sekarang banyak yang mempertanyakan semboyan tersebut. Apa iya “Di Laut Kita Jaya” ?. Pertanyaan tersebut muncul karena masyarakat tidak merasakan betul makna Jalesveva Jayamahe yang sesungguhnya. Salah satu penyebab dari ketidak-pekaan masyarakat adalah berubahnya paradigma masyarakat Indonesia yang semula berpola pikir archipelagic menjadi berpola pikir daratan. Walaupun memakan waktu yang lama tetapi dampaknya sangat terasa. Sehingga TNI-AL yang sudah menanamkan semboyan Jalesveva Jayamahe menjadi pupus harapan karena tidak didukung oleh segenap masyarakat Indonesia. 


KRI Frans Kaisiepo 368 (Sumber : maritimephoto.com)

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali Jalesveva Jayamahe ? Sekali lagi, teori memang begitu mudah tetapi sangat sulit untuk dilakukan. Tetapi, saya yakin bahwa jika teori diaplikasikan secara istoqamah (terus-menerus dan dalam progress yang positif) maka teori dan praktik akan bersinergi dengan baik.
Yang harus dilakukan pertama kali adalah mengembalikan paradigma masyarakat Indonesia menjadi paradigma kepulauan. Yang menganggap laut adalah potensi kekayaan alam yang begitu kaya. Kemudian, pemerintah hendaknya memberikan anggaran pertahanan yang mumpuni sehingga TNI sanggup membeli dan mengoperasikan alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) dengan optimal. Disamping itu, pemerintah juga memberikan perhatian yang layak bagi putra-putri bangsa yang sedang menempuh pendidikan di bidang Naval Architect atau Teknik Perkapalan,Marine Engineering, dan Ocean Engineering atau Teknik Kelautan. Sehingga, apa yang menjadi cita-cita saya dan orang-orang yang peduli pada visi kemaritiman dan paradigma kepulauan dapat tercapai.

Kapan ya Indonesia dapat memproduksi sebuah kapal perang yang begitu canggih dengan karya dari putra-putri negeri sendiri ? Suatu saat nanti, saya yakin Indonesia mampu ! Jalesveva Jayamahe !


No comments:

Post a Comment