JUMAT, 26 JULI 2013 http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000001300517
JAKARTA, KOMPAS Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 tak akan optimal. Tekanan
pelambatan ekonomi global memang menjadi faktor eksternal. Namun, dari sisi
internal, pemerintah terlambat menuntaskan pekerjaan rumahnya.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan M
Chatib Basri, dan Menteri Perindustrian MS Hidayat mengadakan rapat koordinasi
dengan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo di Kantor BI, Jakarta,
Kamis (25/7). Rapat membahas perkembangan kondisi moneter, fiskal, dan
perekonomian secara umum.
”Kami sepakat untuk menjaga momentum pertumbuhan. Tampaknya akan ada
koreksi ke bawah karena situasi global belum membaik,” kata Hatta.
Meski demikian, kata Hatta, pemerintah akan tetap berusaha mencapai
target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen. Peluangnya ada, tetapi perlu beberapa
langkah ekstra. Hatta kemudian memaparkan langkah-langkahnya.
Pertama, pemerintah akan menjaga inflasi pada tahun 2013 sesuai target,
yakni 7,2 persen. Kedua, pemerintah mempercepat penyerapan anggaran belanja
negara dengan tetap menjaga tata kelola yang baik.
Ketiga, pemerintah akan menggenjot investasi. Ini dilakukan dengan
relaksasi sejumlah insentif, pemangkasan peraturan yang dinilai menghambat dan
tidak memiliki payung hukum, dan revisi daftar negatif investasi (DNI). Ini
sedang dikerjakan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.
Inflasi 2,77 persen
Menurut Agus, inflasi sampai dengan minggu ketiga Juli mencapai 2,77
persen. Jika tak ada usaha ekstra untuk menurunkan inflasi pada sisa periode
2013, inflasi tahun ini bisa mencapai 8 persen. Adapun target pemerintah 7,2
persen.
Jika inflasi tidak terkendali, kata Agus, BI akan merespons melalui
bauran kebijakan, di antaranya dengan nilai tukar, peredaran uang, dan suku
bunga.
”Suku bunga tentu akan berdampak terhadap masyarakat luas. Nilai tukar
berdampak terhadap eksportir dan importir dan perdagangan secara umum. Ini yang
kami timbang secara hati-hati,” kata Agus.
Berkaitan dengan inflasi, Kompas mencatat, usaha pemerintah
mengendalikan inflasi pada Juli sangat lamban. Padahal, tren melambungnya
inflasi sudah terbaca karena ada dua faktor pemicu, yakni kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) dan bulan Ramadhan-Lebaran. Harga-harga pangan pun
melambung. Penurunan harga diperkirakan baru akan terjadi pekan ketiga Juli
Usaha mempercepat penyerapan belanja adalah wacana klasik. Namun,
kenyataannya belum ada perbaikan berarti.
Adapun usaha mengevaluasi insentif dan aturan guna menggenjot investasi
dampaknya baru akan terasa pada tahun 2014. Dengan demikian, investasi tahun
ini tumbuh, tetapi lajunya melambat.
Chatib menyatakan, secara umum perekonomian Indonesia masih sejalan
dengan dinamika perekonomian global. Pertumbuhan Indonesia di atas 6 persen
adalah yang tertinggi kedua setelah China 7,7 persen. India hanya tumbuh 4,8
persen. (LAS)
No comments:
Post a Comment