RABU, 10 JULI 2013 http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000001036512
Jakarta, Kompas Sanggar pedalangan dan karawitan di daerah kurang mendapat perhatian
pemerintah meski sejak tahun 2004 wayang ditetapkan sebagai warisan budaya
dunia.
Sanggar menjadi ujung tombak pelestarian wayang karena pendidikan seni
di sanggar bersifat terbuka.
”Banyak sanggar seni pedalangan di Indonesia, tetapi hanya beberapa
saja yang mampu berkembang,” kata Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum Sekretariat
Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi), Senin (8/7). Sanggar pedalangan di
daerah kebanyakan milik seniman yang memiliki gamelan dan wayang, bukan
didirikan yayasan atau lembaga sehingga kemampuan manajemen dan keuangannya
rendah.
Suparmin mengatakan, sanggar-sanggar sangat jarang mendapat bantuan
pemerintah daerah, pusat, ataupun pihak swasta. Beberapa sanggar yang saat ini
mampu bertahan adalah sanggar milik dalang-dalang terkenal yang mendapat banyak
tawaran pentas. Di Jakarta saat ini terdapat lebih dari 25 sanggar pedalangan.
Budhy Moehanto, Ketua 1 Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa
Tengah, mengatakan, keberadaan sanggar penting karena memasyarakat dan bisa
menampung orang yang tidak bisa masuk sekolah seni. Di Jawa Tengah ada sekitar
1.371 sanggar pedalangan. Namun, bantuan Pemerintah Provinsi Jateng untuk
sanggar hanya Rp 250 juta per tahun.
Bayu Wibowo, Ketua Pepadi Sulawesi Tengah, mengungkapkan,
sanggar-sanggar di Sulawesi Tengah mulai banyak diminati sehingga beberapa
tahun belakangan ini muncul banyak sanggar wayang kulit. (IND)
No comments:
Post a Comment