Wednesday, July 10, 2013

SENI TRADISI. Sanggar Pedalangan Kurang Perhatian


Jakarta, Kompas Sanggar pedalangan dan karawitan di daerah kurang mendapat perhatian pemerintah meski sejak tahun 2004 wayang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Sanggar menjadi ujung tombak pelestarian wayang karena pendidikan seni di sanggar bersifat terbuka.
”Banyak sanggar seni pedalangan di Indonesia, tetapi hanya beberapa saja yang mampu berkembang,” kata Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi), Senin (8/7). Sanggar pedalangan di daerah kebanyakan milik seniman yang memiliki gamelan dan wayang, bukan didirikan yayasan atau lembaga sehingga kemampuan manajemen dan keuangannya rendah.
Suparmin mengatakan, sanggar-sanggar sangat jarang mendapat bantuan pemerintah daerah, pusat, ataupun pihak swasta. Beberapa sanggar yang saat ini mampu bertahan adalah sanggar milik dalang-dalang terkenal yang mendapat banyak tawaran pentas. Di Jakarta saat ini terdapat lebih dari 25 sanggar pedalangan.
Budhy Moehanto, Ketua 1 Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah, mengatakan, keberadaan sanggar penting karena memasyarakat dan bisa menampung orang yang tidak bisa masuk sekolah seni. Di Jawa Tengah ada sekitar 1.371 sanggar pedalangan. Namun, bantuan Pemerintah Provinsi Jateng untuk sanggar hanya Rp 250 juta per tahun.
Bayu Wibowo, Ketua Pepadi Sulawesi Tengah, mengungkapkan, sanggar-sanggar di Sulawesi Tengah mulai banyak diminati sehingga beberapa tahun belakangan ini muncul banyak sanggar wayang kulit. (IND)



No comments:

Post a Comment