Thursday, June 27, 2013

Komentar-komentar menarik seputar Jalesveva Jayamahe

Sumber: Tommy Tamtomo dkk. Oct 5, 2012  "Aliz-Forum@yahoogroups.com" <Aliz-Forum@yahoogroups.com> http://groups.yahoo.com/group/Aliz-Forum/message/39762


1.      Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo :

Selama para pemimpin Indonesia menganggap bahwa dengan dibicarakan persoalannya telah diatasi, ini semua hanya wacana belaka. Sudah 5 th lalu Pres SBY di PT PAL bicara tentang cabotage yang juga akan diterapkan di Indonesia. Tapi tak ada yang dilakukan untuk realisasi.

"Zo zijn onze manieren", kata Belanda.


2.      A Poernomo :

Negara kita adalah negara kepulauan yg 2/3 wilayahnya adalah laut. Para pendekar hukum laut yg dimotori oleh Prof mochtar kusumaatmadja (alm) dan Prof Hasyim Djalal (ayahnya Dino Patti Djalal, Dubes kita di USA), berhasil memperjangkan UNCLOS (United Nations Convension on the Law of the Sea) pada 1982 setelah melalui perjalanan panjang sejak 1959 (Deklarasi Djuanda). Kita meratifikasi UNCLOS pd th 1985, dan sejak itu sah-lah negara ini sebagai negara kepulauan dg laut di antara pulau2nya merupakan wilayah negara.
Namun sampai sekarang tetap saja banyak politikus dan pemimpin nasional yg lebih menganggap bahwa negara ini negara agraris, dan akibatnyua pembangunan selalui berorientasi ke darat. Tengoklah postur APBN kita, berapa persen yg membiayai kelautan? Padahal, Prof Rokhmin Dahuri menyatakan kalau Laut dikelola dg benar, akan dihasilkan devisa 800 milyar dollar per tahun, setara dg Rp 7200 trilyun atau 3x APBN kita. Laut juga dapat menyerap 40jt tenaga kerja.

Ada 13 kementerian atau setingkat kementrian yg saat ini mendapat kewenangan mengelola sumberdaya kelautan, dan seperti biasa: Koordinasi dan Sinergi adalah barang mahal dan langka di negeri ini.
Azas cabotage tdk akan berjalan di Indonesia, selama yg berbicara adalah kepentingan sektoral dan kepentingan pemodal. Sama dg Koordinasi dan sinergi, menomersatukan kepentingan nasional juga sudah menjadi sesuatu yg langka.

Selama masih seperti ini, maka Blue Economy hanya sekedar wacana.


3. Joost Soenardjo :

Jenis kapal yang kita butuhkan bisa dibagi dua, khusus untuk pelayaran diwilayah barat dan khusus untuk wilayah timur.
Mengapa hasur dibagi dua?...karena karakteristik dari jalur pelayaran yang dilalui berbeda.
Di wilayah barat, kita perlu kapal yang lunasnya rendah....kapal jenis ini bisa masuk kedalam sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan yang airnya tidak begitu dalam.
Sedangkan wilayah timur, kita memerlukan kapal yang lunasnya kecil....kapal seperti ini, bisa masuk keteluk celah, selat diantara dua pulau yang sempit..... di wilayah timur, banyak pelabuhan alamnya...
Tinggal menentukan pelabuhan pengumpul....seperti (jika di timur) Bitung, Ambon, Makassar.....di barat Palembang, Banjarmasin, Samarinda dll

Kita bisa, jika kita mau.

No comments:

Post a Comment