KAMIS, 18 JULI 2013 http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000001163378
Sebuah refleksi perjalanan bangsa terkait 15 tahun reformasi
disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam silaturahim bersama insan
pers di Istana Negara, Rabu (17/7). Bukan berupa kesimpulan tentang capaian dan
pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki, seperti yang biasa disampaikannya di
banyak forum, melainkan lima pertanyaan reflektif untuk bahan renungan.
Pertama, Presiden mempertanyakan apakah sistem ketatanegaraan Indonesia
saat ini merupakan yang terbaik bagi negeri ini. Ini terkait apakah check
and balances antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sudah
baik dan berimbang. Lantas persoalan sistem presidensial atau parlementer,
serta implementasi negara kesatuan yang pada saat bersamaan menjalankan otonomi
daerah.
”Apakah sudah tepat hubungan pusat dan daerah, lalu distribusi
kekuasaan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten?” ujar Presiden.
Kedua, Presiden mempersoalkan apakah demokrasi, stabilitas, dan
pembangunan bisa hidup berdampingan. Ia memaparkan bagaimana kebebasan yang
keliru dapat mengganggu stabilitas publik hingga akhirnya mengganggu
pembangunan perekonomian bangsa. Ada pandangan yang menginginkan adanya sistem
otoritarian atau sistem semi-otoritarian untuk mencapai stabilitas.
Presiden tidak setuju dengan sistem itu. Ia lebih berpandangan,
stabilitas perlu diwujudkan dengan mengandalkan penegakan hukum yang tegas dan
efektif sehingga demokrasi dan pembangunan dapat berjalan beriringan.
Ketiga, Presiden mempersoalkan bagaimana hubungan antara pemerintah dan
masyarakat. Bagaimana pemerintah harus berperan dalam mengatasi persoalan,
lantas bagaimana masyarakat harus berperan juga, termasuk dalam penyelesaian
konflik komunal.
Tersirat ada kegalauan ketika terjadi persoalan, seperti konflik
komunal maupun intoleransi, dan pada saat itu pemerintah dituntut untuk lebih
berperan mengatasinya. Apakah di situ peran pemerintah dibatasi seharusnya dan
justru masyarakat yang dituntut lebih berperan.
Keempat, Presiden menggulirkan pertanyaan tentang jalan untuk membangun
kejayaan bangsa. Persoalan terkait apa yang menjadi mimpi bangsa Indonesia ke
depan dan hal seperti apa yang akan dilakukan bangsa ini untuk maju. Tidak
hanya bertanya, tetapi ia juga punya pandangan akan pentingnya membangun
karakter bangsa yang percaya diri, memiliki semangat harus bisa, berpikir
positif, dan bersikap optimistis.
Terakhir, Presiden mengangkat tentang bagaimana berbagi tanggung jawab
untuk mewujudkan mimpi Indonesia. Ia mengajak semua komponen bangsa melakukan
refleksi secara jujur akan peran dan tanggung jawab masing-masing, serta apa
yang dapat dilakukan. Di situ tebersit harapan Presiden kepada pers agar
menjadi agen untuk membangun karakter bangsa yang optimistis dan berpikiran
positif.
Reformasi memang sebuah proses perubahan yang berkesinambungan. Di situ
ada seleksi dan koreksi atas segala kekurangan yang muncul akibat adanya
perubahan. Lima pertanyaan reflektif yang digulirkan Presiden itu layak menjadi
bahan perenungan bangsa.
(C Wahyu Haryo PS)
No comments:
Post a Comment